Mengenai Saya

Foto saya
aku adalah pelajar smk negri di kabupaten blora,yang ada di kelas elektronika di kelas TAV 1 pencinta elektronika

Senin, 31 Oktober 2011

fungsi pada rangkaian FET SMPS

Line filter dan Rectifier : terdiri dari R536, C532 dan M502. Kemudian disearahkan dan difilter oleh rangkaian Main Rectifier yang terdiri dari D519, C527, C528, C529, C530 dan C525 (220uF/400) untuk membuat tegangan B+ 308V.
Start up circuit : setelah tegangan B+ 308V cukup, tegangan ini dihambat oleh R531 dan R532 kemudian oleh zener (D518 6V2) tegangan dibatasi pada 6V2 kemudian tegangan 6V2 ini digunakan sebagai tegangan StartUP melalui R528 10K (pada beberapa model 18K/22K). Tegangan tersebut sudah cukup untuk memicu/menswitch IC501 9NK70 (pada beberapa model menggunakan FS7UM) untuk memulai self oscilation.
Snubber circuit : terdiri dari C524 (2n2/1n 2KV) dan R533 (2R2).
Error Amp : terdiri dari 2 rangkaian error amp, masing-masing dipakai ketika standby dan ketika ON. Error Amp ketika standby menggunakan ZD517 (2V), R522 (680), T506 (C945) dan C521 (10n). Sedangkan Error Amp ketika ON adalah IC503 (TL431), R506 (100K), RT501 (22K), C511 (220p), R505 (2K4), R504 (470K), R503 (100K) dan C510 (2n7). Error Amp akan membandingkan tegangan output B+115V (setelah melalui R506 dan RT501) dengan tegangan referensi internal IC TL431.
Rangkaian Over Current Protection (OCP) terdiri dari T507 (A1015), T508 (C1815), R525 (100), C523 (18n) dan ZD521 (13V). Sedangkan R526, R527 dipakai untuk adjustment kepekaan OCP sekaligus sebagai jalur tegangan negatif yang menuju ke IC501 (power final).
Rangkaian penentu frekuensi/pulsa osilasi terdiri dari L507, R523 (1K2) dan C522 (3n3) yang menjaga osilasi tetap pada frekuensi kerja.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Globalisasi sebagai tantangan Guru Indonesia

Tantangan Guru Indonesia ; Membangun Perspektif Global________________________________________
Globalisasi mendatangkan implikasi besar pada perkembangan aspek-aspek kehidupan, baik pada aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Globalisasi pada bidang teknologi dan informasi menyebabkan penyebaran arus informasi begitu deras, serta perkembangan teknologi begitu cepat. Dari kedua hal tersebut hal yang paling logis terjadi adalah keterbukaan dan persaingan. Dimana masyarakat kita akan berhadapan langsung dengan masyarakat di belahan dunia manapun, produk hasil karya bangsa kita akan dihadapkan pada produk hasil karya bangsa lain, anak didik kita pun akan dihadapkan pada kompetisi global menghadapi hasil didikan bangsa lain Persaingan yang semakin nyata dan “ketat” ini menyaratkan kompetensi dan profesionalisme, dimana kedua hal tersebut mengharuskan kita untuk memiliki mutu individual sebagai seorang guru maupun mutu institusi kita yaitu sekolah/yayasan. Persepktif global menjadi acuan kepada kita untuk dapat mempersiapkan diri menjawab tantangan global. Profesionalisme Paling tidak makna profesionalisme sering kita tafsirkan sebagai sebuah totalisas, penghargaan dan tanggung jawab penuh pada profesi, defisini dan fungsi guru tidak bisa disamakan lagi dengan guru “pengajar pengajian”, yang mengajar karena panggilan jiwa dan seikhlasnya. Datang hanya karena panggilan jiwa. Sehingga datang, dan tidak datangnya, tersampaikan atau tidak materi yang di paparkannya sulit dievaluasi dan dinilai pencapaian sasarannya. Guru sebagai sebuah profesi harus memenuhi kewajiban profesi. sehingga profesionalisme ini yang akan mengangkat bentuk penghargaan negara dan masyarakat pada profesi guru. Guru dan Teknologi Guru dihadapkan pada peserta didik yang hidup bersama teknologi maju, yang tidak dirasakan oleh guru pada masa sebelumnya, akses informasi siswa sangat massiv dan terbuka. sehingga seringkali guru sulit mengikuti perkembangan siswa, terutama dalam melakukan pengawasn dan pendidikan kontekstual. Padahal teknologi sering diibaratkan sebagai pisau bermata dua, satu sisi bermanfaat, satu sisi mendatangkan mudhorot. Bahkan kadangkala sisi yang satu (mudhorot) lebih besar dari sisi lainnya, hal ini bisa kita analogikan seperti orangtua yang melepas anaknya memegang pisau tanpa didampingi. Yang ada adalah anak itu akan terpotong tangannya Pemanfaatkan teknologi tepat guna, ini tidak bisa hanya dilakukan oleh guru IT. Tetapi juga mata pelajaran lain, agar siswa diberikan pemahaman tentang bagaimana memanfaatkan teknologi ini secara benar. Tanpa bimbingan guru siswa tidak mengerti bagaimana harus memanfaatkan teknologi secara tepat guna, bahkan yang ada siswa akan memenuhi kebutuhan id-nya seperti bermain game, dsb. Siswa yang kecanduan teknologi informasi saat ini menjadi fenomena yang jamak. Terutama game online, bahkan sebagian mereka mulai mengakses situs porno. Lantas bagaimana guru menghadapi ini semua? ini menjadi kasus pada konteks kekinian yang harus kita jawab. saya akan coba memberikan beberapa alternatif • Guru tidak akan mampu melarang anak untuk tidak menggunakan teknologi informasi, karena memang hal itu mustahil • Guru tidak melakukan judgement, atau sikap permusuhan terhadap anak yang sering bermain game online atau yang kedapatan sering membukan situs porno. Tetapi guru harus hadir sebagai teman. • Melakukan pendampingan atau memberikan saran kepada orangtua untuk melakukan pendampingan ketika anak sedang bermain • Guru harus mengalihkan sedikit-sedikit pada aktivitas TI yang ia senangi, misalnya game edukasi, dll. • Guru dan Informasi Dekade sekarang masyarakat dunia sedang merasakan pengalaman baru mengakses informasi melalui telephone genggamnya. begitu mudah dan nyaris tanpa kontrol dari pihak yang berwenang, di tengah derasnya arus informasi. Guru dihadapkan pada perubahan sosio-kultur masyarakat, terlebih pada peserta didik yang terlihat lebih dewasa, terlihat lebih memiliki informasi global, juga pada aspek perubahan nilai dan tingkah laku yang besar dipengaruhi informasi-informasi tersebut Untuk itu nilai (moral/agama) menjadi modal utama guru untuk memberikan auto-protected kepada siswa. Karena pengawasan siswa mengakses informasi tidak mungkin dilakukan, untuk itu auto-proteksi ini sangat penting diberikan agar siswa mampu memilih sendiri mana informasi yang baik dan informasi yang tidak baik. tentunya hal itu harus diarahkan Guru-Masyarakat-Orangtua saya pernah dimarahi oleh Prof. Arif Rahman ketika “curhat” bahwa orangtua siswa di sekolah saya menganggap bahwa tanggungjawabnya mendidik selesai karena telah menyerahkan anaknya untuk dididik di sekolah. Menurutnya “Orang tua yang berpikir seperti itu adalah orang tua yang tidak dilibatkan sekolah, dalam penentuan kebijakan, masalah-masalah anak, atau laporan perkembangannya, dan hal-hal lain menyangkut pendidikan anak Padahal seperti yang kita ketahui bersama bahwa keberhasilan tujuan pendidikan terletak pada sinergi antara guru, siswa, dan masyarakat..

Selasa, 27 September 2011

Sejarah umum seni lukis by: Dwi Novan Angga Wicaksana copied wikipedia.org
Zaman prasejarah Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik. Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya. Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni. Seni lukis zaman klasik Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan: Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama) Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii), Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Seni lukis zaman pertengahan Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas. Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus". Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda). Seni lukis zaman Renaissance Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ilmuwan dan budayawan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur. Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah: Tomassi Donatello Leonardo da Vinci Michaelangelo Raphael Art nouveau Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin. Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam. Sejarah seni lukis di Indonesia Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi. Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi. Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi. Aliran seni lukis Surrealisme Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya. Kubisme Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso. Romantisme Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan. Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh. Plural painting Adalah sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam meditasi atau pengembaraan intuisi untuk menangkap dan menterjemahkan gerak hidup dari naluri kehidupan ke dalam bahasa visual. Bahasa visual yang digunakan berpijak pada konsep PLURAL PAINTING. Artinya, untuk menampilkan idiom-idiom agar relatif bisa mencapai ketepatan dengan apa yang telah tertangkap oleh intuisi mempergunakan idiom-idiom yang bersifat: multi-etnis, multi-teknik, atau multi-style. Seni lukis daun Adalah aliran seni lukis kontemporer, dimana lukisan tersebut menggunakan daun tumbuh-tumbuhan, yang diberi warna atau tanpa pewarna. Seni lukis ini memanfaatkan sampah daun tumbuh-tumbuhan, dimana daun memiliki warna khas dan tidak busuk jika ditangani dengan benar. senidaun.wordpress.com Aliran lain Ekspresionisme Dadaisme Fauvisme Neo-Impresionisme Realisme Naturalisme De Stijl Abstraksi Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Teknik abstraksi yang berkembang pesat seiring merebaknya seni kontemporer saat ini berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya. Abstraksi disebut juga sebagai salah satu aliran yang terdapat di dalam seni lukis. Pelukis terkenal Indonesia Affandi Agus Djaya Barli Sasmitawinata Basuki Abdullah Djoko Pekik Dullah Ferry Gabriel Hendra Gunawan Herry Dim Jeihan Kartika Affandi Lee Man Fong Mario Blanco Otto Djaya Popo Iskandar Raden Saleh S. Sudjojono Srihadi Sri Warso Wahono Trubus Atim Pekok E. Darpo.S

Jumat, 27 Mei 2011


Flowchart
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
This article is about the diagram type. For the poetical writing "Flow Chart", see John Ashbery.
A simple flowchart representing a process for dealing with a non-functioning lamp.

A flowchart is a type of diagram that represents an algorithm or process, showing the steps as boxes of various kinds, and their order by connecting these with arrows. This diagrammatic representation can give a step-by-step solution to a given problem. Process operations are represented in these boxes, and arrows connecting them represent flow of control. Data flows are not typically represented in a flowchart, in contrast with data flow diagrams; rather, they are implied by the sequencing of operations. Flowcharts are used in analyzing, designing, documenting or managing a process or program in various fields.[1]
Contents
[hide]

* 1 Overview
* 2 History
* 3 Flowchart building blocks
o 3.1 Examples
o 3.2 Symbols
o 3.3 Data-flow extensions
* 4 Types of flowchart
* 5 Software
* 6 See also
* 7 Notes
* 8 Further reading
* 9 External links

[edit] Overview

Flowcharts are used in designing and documenting complex processes. Like other types of diagram, they help visualize what is going on and thereby help the viewer to understand a process, and perhaps also find flaws, bottlenecks, and other less-obvious features within it. There are many different types of flowcharts, and each type has its own repertoire of boxes and notational conventions. The two most common types of boxes in a flowchart are:

* a processing step, usually called activity, and denoted as a rectangular box
* a decision, usually denoted as a diamond.

A flowchart is described as "cross-functional" when the page is divided into different swimlanes describing the control of different organizational units. A symbol appearing in a particular "lane" is within the control of that organizational unit. This technique allows the author to locate the responsibility for performing an action or making a decision correctly, showing the responsibility of each organizational unit for different parts of a single process.

Flowcharts depict certain aspects of processes and they are usually complemented by other types of diagram. For instance, Kaoru Ishikawa defined the flowchart as one of the seven basic tools of quality control, next to the histogram, Pareto chart, check sheet, control chart, cause-and-effect diagram, and the scatter diagram.[2] Similarly, in UML, a standard concept-modeling notation used in software development, the activity diagram, which is a type of flowchart, is just one of many different diagram types.

Nassi-Shneiderman diagrams are an alternative notation for process flow.

Common alternate names include: flowchart, process flow chart, functional flow chart, process map, process chart, functional process chart, business process model, process model, process flow diagram, work flow diagram, business flow diagram.
[edit] History

The first structured method for documenting process flow, the "flow process chart", was introduced by Frank Gilbreth to members of the American Society of Mechanical Engineers (ASME) in 1921 in the presentation “Process Charts—First Steps in Finding the One Best Way”. Gilbreth's tools quickly found their way into industrial engineering curricula. In the early 1930s, an industrial engineer, Allan H. Mogensen began training business people in the use of some of the tools of industrial engineering at his Work Simplification Conferences in Lake Placid, New York.

A 1944 graduate of Mogensen's class, Art Spinanger, took the tools back to Procter and Gamble where he developed their Deliberate Methods Change Program. Another 1944 graduate, Ben S. Graham, Director of Formcraft Engineering at Standard Register Corporation, adapted the flow process chart to information processing with his development of the multi-flow process chart to display multiple documents and their relationships.[3] In 1947, ASME adopted a symbol set derived from Gilbreth's original work as the ASME Standard for Process Charts.

Douglas Hartree explains that Herman Goldstine and John von Neumann developed the flow chart (originally, diagram) to plan computer programs.[4] His contemporary account is endorsed by IBM engineers[5] and by Goldstine's personal recollections.[6] The original programming flow charts of Goldstine and von Neumann can be seen in their unpublished report, "Planning and coding of problems for an electronic computing instrument, Part II, Volume 1" (1947), which is reproduced in von Neumann's collected works.[7]

Flowcharts used to be a popular means for describing computer algorithms and are still used for this purpose.[8] Modern techniques such as UML activity diagrams can be considered to be extensions of the flowchart. In the 1970s the popularity of flowcharts as an own method decreased when interactive computer terminals and third-generation programming languages became the common tools of the trade, since algorithms can be expressed much more concisely and readably as source code in such a language, and also because designing algorithms using flowcharts was more likely to result in spaghetti code because of the need for gotos to describe arbitrary jumps in control flow. Often pseudo-code is used, which uses the common idioms of such languages without strictly adhering to the details of a particular one.
[edit] Flowchart building blocks
[edit] Examples
A simple flowchart for computing factorial N (N!)
Template for drawing flowcharts (late 1970s) showing the different symbols.

A flowchart for computing the factorial of N (10!) where N! = (1*2*3*4*5*6*7*8*9*10), see image. This flowchart represents a "loop and a half" — a situation discussed in introductory programming textbooks that requires either a duplication of a component (to be both inside and outside the loop) or the component to be put inside a branch in the loop. (Note: Some textbooks recommend against this "loop and a half" since it is considered bad structure, instead a 'priming read' should be used and the loop should return back to the original question and not above it.[9])
[edit] Symbols

A typical flowchart from older basic computer science textbooks may have the following kinds of symbols:

Start and end symbols
Represented as circles, ovals or rounded rectangles, usually containing the word "Start" or "End", or another phrase signaling the start or end of a process, such as "submit enquiry" or "receive product".

Arrows
Showing "flow of control". An arrow coming from one symbol and ending at another symbol represents that control passes to the symbol the arrow points to.

Generic processing steps
Represented as rectangles. Examples: "Add 1 to X"; "replace identified part"; "save changes" or similar.

Subroutines
Represented as rectangles with double-struck vertical edges; these are used to show complex processing steps which may be detailed in a separate flowchart. Example: Process-files. One subroutine may have multiple distinct entry points or exit flows (see coroutine); if so, these are shown as labeled 'wells' in the rectangle, and control arrows connect to these 'wells'.

Input/Output
Represented as a parallelogram. Examples: Get X from the user; display X.

Prepare conditional
Represented as a hexagon. Shows operations which have no effect other than preparing a value for a subsequent conditional or decision step (see below).

Conditional or decision
Represented as a diamond (rhombus) showing where a decision is necessary, commonly a Yes/No question or True/False test. The conditional symbol is peculiar in that it has two arrows coming out of it, usually from the bottom point and right point, one corresponding to Yes or True, and one corresponding to No or False. (The arrows should always be labeled.) More than two arrows can be used, but this is normally a clear indicator that a complex decision is being taken, in which case it may need to be broken-down further or replaced with the "pre-defined process" symbol.

Junction symbol
Generally represented with a black blob, showing where multiple control flows converge in a single exit flow. A junction symbol will have more than one arrow coming into it, but only one going out.
In simple cases, one may simply have an arrow point to another arrow instead. These are useful to represent an iterative process (what in Computer Science is called a loop). A loop may, for example, consist of a connector where control first enters, processing steps, a conditional with one arrow exiting the loop, and one going back to the connector.
For additional clarity, wherever two lines accidentally cross in the drawing, one of them may be drawn with a small semicircle over the other, showing that no junction is intended.

Labeled connectors
Represented by an identifying label inside a circle. Labeled connectors are used in complex or multi-sheet diagrams to substitute for arrows. For each label, the "outflow" connector must always be unique, but there may be any number of "inflow" connectors. In this case, a junction in control flow is implied.

Concurrency symbol
Represented by a double transverse line with any number of entry and exit arrows. These symbols are used whenever two or more control flows must operate simultaneously. The exit flows are activated concurrently when all of the entry flows have reached the concurrency symbol. A concurrency symbol with a single entry flow is a fork; one with a single exit flow is a join.

It is important to remember to keep these connections logical in order. All processes should flow from top to bottom and left to right.
[edit] Data-flow extensions

A number of symbols have been standardized to represent data flow, rather than control flow. These symbols may also be used in control flow charts (e.g. to substitute for the parallelogram symbol).

* A Document represented as a rectangle with a wavy base;
* A Manual input represented by quadrilateral, with the top irregularly sloping up from left to right. An example would be to signify data-entry from a form;
* A Manual operation represented by a trapezoid with the longest parallel side at the top, to represent an operation or adjustment to process that can only be made manually.
* A Data File represented by a cylinder.

[edit] Types of flowchart
Example of a system flowchart.

Sterneckert (2003) suggested that flowcharts can be modelled from the perspective of different user groups (such as managers, system analysts and clerks) and that there are four general types:[10]

* Document flowcharts, showing controls over a document-flow through a system
* Data flowcharts, showing controls over a data flows in a system
* System flowcharts showing controls at a physical or resource level
* Program flowchart, showing the controls in a program within a system

Notice that every type of flowchart focuses on some kind of control, rather than on the particular flow itself.[10]
Driving to reach a specific goal can be modeled using a flowchart.

However there are several of these classifications. For example Andrew Veronis (1978) named three basic types of flowcharts: the system flowchart, the general flowchart, and the detailed flowchart.[11] That same year Marilyn Bohl (1978) stated "in practice, two kinds of flowcharts are used in solution planning: system flowcharts and program flowcharts...".[12] More recently Mark A. Fryman (2001) stated that there are more differences: "Decision flowcharts, logic flowcharts, systems flowcharts, product flowcharts, and process flowcharts are just a few of the different types of flowcharts that are used in business and government".[13]

In addition, many diagram techniques exist that are similar to flowcharts but carry a different name, such as UML activity diagrams.
[edit] Software

Any drawing program can be used to create flowchart diagrams, but these will have no underlying data model to share data with databases or other programs such as project management systems or spreadsheets. Some tools offer special support for flowchart drawing. Many software packages exist that can create flowcharts automatically, either directly from source code, or from a flowchart description language. On-line Web-based versions of such programs are available.

Kamis, 18 November 2010

puisi cinta

Ketika Cinta Menyapa

ada yang tiba-tiba datang dalam hatiku
seketika
sesaat setelah kau lemparkan senyum itu
melesat dan menancap tepat di jantung hatiku
tak terbendung

dan aku pun terdiam
tak kuasa
tak berdaya

seperti kupu kupu di taman bunga
saat musim bersemi
derai rambutmu menebar aroma cinta
membiusku dalam lamunan
yang berujung pada kekaguman jiwa

hai kau gadis yang kutemui dalam mimpiku
wangimu akan selalu ada dalam dekapanku
menemaniku melewati kesepian di jiwaku

kau gadis di jantung malam
jangan tenggelam dalam gelap
aku takut menyusuri lorong malam yang memikat
tanpamu

ada yang tiba-tiba datang dalam hatiku
seketika...
sesaat setelah kau mengisyaratkan cinta
lewat kedua bola matamu
yang kurasa begitu indah